Review Novel Sunyi Adalah Minuman Keras Karya Sapardi Djoko Damono



Sastrawan terkenal asal Indonesia, Sapardi Djoko Damono atau yang kerap disapa Eyang Sapardi menulis karya terakhirnya sebelum berpulang berjudul Sunyi Adalah Minuman Keras. Novel Sunyi Adalah Minuman Keras merupakan sebuah karya yang jumlah halamannya hanya 69 halaman saja. 

Karya ini ditulis pada Bulan Maret 2020 dan meledak di jagat sastra Indonesia. Sebagai sastrawan, karya-karya dari Eyang Sapardi memang selalu dinantikan oleh seluruh pembacanya seperti novel yang satu ini. Novel ini memiliki judul yang unik dan membuat pembaca bertanya-tanya apa maksudnya?

Identitas Novel Sunyi Adalah Minuman Keras

Judul : Sunyi Adalah Minuman Keras 

Penulis : Sapardi Djoko Damono 

Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama 

ISBN : 978-602-06-5499-7

Tahun : Juni 2021 (cetakan pertama)

Harga : Rp60.000 (Pulau Jawa)

Halaman         : 69 halaman 

Blurb Novel Sunyi Adalah Minuman Keras 

Ia tiada lain ingatan.

Tiada lain ingatan

yang tidak pernah berhasil dilemparkannya 

keluar dari dirinya sebab manusia 

pada akhirnya adalah ingatan belaka 

Ulasan Novel Sunyi Adalah Minuman Keras

Novel Eyang Sapardi yang satu ini ternyata sangat relate dengan kehidupan di zaman sekarang. Zaman yang serba canggih, dunia yang selalu bergerak cepat sehingga membuat orang-orang khususnya anak muda banyak yang kesepian. 

1. Menggambarkan Kehidupan Anak Muda Zaman Sekarang 

Ini adalah novel Eyang Sapardi pertama yang aku baca, novel ini sangat tipis, tetapi alur yang dibawa tidak ringan. Sunyi Adalah Minuman Keras merupakan novel yang menggambarkan kisah tentang kehidupan anak muda zaman sekarang. 

Sekarang, baik para selebriti atau yang bukan kerap kali terhanyut dalam gemerlap media sosial. Beribu-ribu orang terus menerus membagikan sebagian kisah hidupnya dan berinteraksi dengan orang lain lewat dunia maya. 

Hanya saja, ada dampak yang harus dirasakan oleh orang-orang itu yaitu kesepian. Walaupun seolah-olah memiliki banyak teman, banyak followers, tetapi belum tentu jiwanya benar-benar terisi. Digambarkan dengan tokoh utama bernama Rara yang berprofesi menjadi seorang penulis.

Sebagai penulis terkenal, Rara kerap kali membagikan penggalan kehidupannya ke media sosial, kemudian ia akan mendapatkan respon berupa komentar atau emoticon dari para pembacanya. Rara memutuskan untuk hidup mandiri di Jakarta dan belum memiliki pasangan.

Kerap kali ia menjadikan benda-benda di sekitarnya adalah teman, seperti guling dan cermin. Rara digambarkan sebagai sosok orang yang selalu hidup dalam kesunyian, jiwanya sepi walaupun dia sering berinteraksi lewat dunia maya. 

2. Tetap Saja Kita Butuh Seseorang 

Aku berhasil menangkap maksud dari novel ini, menurutku di tengah hiruk pikuknya dunia yang serba cepat dan teknologi semakin canggih, kita tetap membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah. Dalam novel ini digambarkan sosok Rara yang kesepian apalagi hubungannya tidak baik dengan Ibunya. 

Namun siapa sangka, kegelisahan Rara yang ia bagikan di media sosial ternyata mengajaknya berkenalan dengan seorang bapak-bapak tua yang sering keluar masuk rumah sakit. Rara merasa sepertinya bapak ini cocok menjadi “seseorang” itu. 

Bapak itu sering mengirimnya sebuah cerita singkat yang juga dituliskan dalam novel ini, kisah tentang dua orang, laki-laki perempuan yang memiliki perbedaan dalam hubungannya. Sampai suatu ketika, bapak itu menghilang karena sudah meninggal dunia. 

Pelajaran yang aku dapat dari novel ini adalah kesepian dan kesunyian yang terasa candu seperti “minuman keras” ini adalah perasaan yang menyeramkan (setidaknya bagiku begitu, atau mungkin tidak bagi orang lain). Oleh karena itu, sebenarnya kita masih membutuhkan seseorang sebagai teman.

Mungkin sebagian orang lain bisa tenang dalam kesunyian, bisa leluasa berbicara dengan dirinya sendiri, tapi menurut sebagian orang termasuk aku, perasaan itu sangat menyeramkan. Kita seperti merasa di dalam ruangan yang gelap, nggak tahu ujungnya di mana dan merasa sendirian. 

Itulah mengapa menurutku, kita tetap butuh seseorang, siapapun itu bisa keluarga, sahabat atau pasangan di dunia nyata. Hanya saja, karena sepertinya semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, sulit sepertinya mencari “seseorang” itu?

3. Ditulis dengan Bahasa yang Indah

Eyang Sapardi menuliskan novel Sunyi Adalah Minuman Keras dengan menggunakan bahasa yang indah dan rapi. Ketika membaca novel ini, kamu harus benar-benar fokus agar paham apa yang dituliskan. Walaupun ada beberapa bagian yang sulit dimengerti, novel ini tetap direkomendasikan untuk kamu.

Ada banyak cerita yang dituliskan di dalamnya, mungkin salah satu dari cerita itu bisa relate dengan kehidupan kamu. Kalau aku, cerita yang relate ya jelas seperti Rara, merasa banyak teman di dunia maya tapi jiwanya merasa kesepian. 

4. Novel yang Tipis

Novel Sunyi Adalah Minuman Keras merupakan novel yang tipis sekali, hanya 69 halaman saja. Novel ini direkomendasikan bagi kamu yang tidak suka membaca novel tebal. Walaupun tipis, tetapi judulnya berhasil membuatku penasaran, bagaimana isinya? Dan sebenarnya menggambarkan tentang apa?

Itu dia ulasan singkat dari Novel Sunyi Adalah Minuman Keras karya terakhir dari Eyang Sapardi. Novel ini bisa kamu dapatkan langsung di online shop Gramedia Pustaka Utama (terakhir aku beli dapat potongan harga), buat kamu yang udah baca ulasan ini, yuk kasih komentar di bawah! Happy reading😊




Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url