[Mengulas Buku] Ulasan Serial Bumi: Novel Kesepuluh Si Putih

 


Judul : Si Putih 

Penulis : Tere Liye 

Halaman : 376 halaman

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama 

BLURB 

Bagaimana jika hewan kesayangan kalian ternyata hewan dengan kekuatan terbesar di dunia paralel? Bagaimana jika hewan yang terlihat imut, menggemaskan, ternyata bisa menjadi salah satu petarung paling hebat?

Kali ini kita akan bertualang di klan baru, dengan tokoh-tokoh baru. Termasuk mengetahui bahwa pandemi yang menyusahkan penduduk juga terjadi di klan-klan jauh. Tapi ingatlah selalu, setiap ada kesusahan, selalu muncul hal-hal menarik yang positif. 

Kisah ini tentang Si Putih, kucing kesayangan Raib. Masa lalu si Putih tidak kalah menarik, sebelum akhirnya kucing itu diletakkan di depan pintu rumah sebagai hadiah ulang tahun Raib. 

REVIEW

Halo kembali lagi di blogitawelasti, kali ini aku akan mengulas sebuah buku dari serial Bumi yaitu buku ke-10 yang judulnya Si Putih. Sebenarnya aku membaca buku ini setelah membaca buku Selena (buku ke-8) di mana seharusnya aku membaca Nebula terlebih dahulu (buku ke-9). Tetapi untung saja buku ini bukan merupakan kelanjutan dari Selena dan Nebula. Sesuai dengan namanya buku ini menceritakan tentang kisah kucing imut dan menggemaskan milik Raib bernama Si Putih. Sebelum berakhir di depan rumah Raib (bersama Si Hitam yang ternyata kucing gaib), Si Putih memiliki masa lalu yang menarik di Klan Polaris. 

Sebelum membahas tentang isinya, aku akan membahas tentang covernya. Covernya berwarna putih sesuai dengan judulnya, juga berisi beberapa gambar menarik yang berkaitan dengan ceritanya. Gambar kucing sendiri diletakkan di bagian atas, lalu ada gambar seekor naga dan sebuah bangunan serta beberaga gambar yang aku masih belum mengerti itu gambar apa. Oke berlanjut ke isinya, buku ini bukan tentang petualangan Raib, Ali dan Seli melainkan petualangan N-ou yang masih kecil yang harus rela terpisah dengan kedua orangtuanya ketika pandemi datang. 

Saat itu pandemi menyerang Kota E-um, Klan Polaris yang dihuni oleh para ilmuwan hebat berusaha untuk mengevakuasi warga-warganya dengan mengajaknya pergi ke Polaris baru, daerah yang dibatasi dengan tembok tinggi tak terhingga. Saat itu N-ou yang masih kecil pergi bergegas bersama kedua orangtuanya, mereka adalah warga yang tidak terkena virus (warga yang terkena virus dibiarkan begitu saja, tidak boleh masuk ke Polaris baru). Menaiki benda terbangnya mereka bergegas menuju Polaris baru, akan tetapi malang sekali nasib N-ou ketika diperiksa oleh petugas, dirinya langsung terpapar virus dan dilarang masuk ke Polaris baru. Kehidupan N-ou berubah setelah itu. 

Hidup sendirian di Kota E-um, bertahan melawan efek virus bukanlah hal mudah. Ketika dirinya sedang terbaring lemah, saat itu ia mendengar suara kucing, ternyata kucing tersebut sedang terjepit sesuatu. N-ou menolongnya dan sejak saat itu mereka menjadi berteman dan N-ou memanggilnya Si Putih karena kucing itu berwarna putih. Mungkin ungkapan bahwa hewan bisa menjadi teman yang baik karena bisa mengerti manusia ada benarnya, sejak kenal Si Putih N-ou tidak merasa sendirian lagi. 

Ketika N-ou sudah memasuki usia remaja, dirinya memutuskan untuk mengikhlaskan semuanya dan berubah menjadi seorang pengelana. Dengan menaiki benda terbangnya, ia dan kucingnya mengitari Klan Polaris hingga bertemu dengan Pak Tua. Lengkaplah rombongan aneh tersebut menjadi petualang dan menemukan banyak orang baru di tempat yang baru pula. Buku ini merupakan buku pengenalan tokoh N-ou dan Si Putih. Bagaimana mereka berdua bekerja sama untuk melindungi diri. 

Pembaca akan diajak untuk berkenalan dengan tokoh dan tempat baru, seperti sebuah tempat yang masih berkaitan erat dengan kasta sosial. Di tempat tersebut, Pengendali Hewan memiliki kasta lebih tinggi dibanding penduduk biasa, jadi mereka akan mendapatkan perilaku khusus. Misalnya ketika berada di rumah makan, para Pengendali Hewan akan mendapatkan tempat khusus, tempat yang lebih bagus dan nyaman dibanding penduduk biasa. 

Aku suka sekali dengan karakter N-ou yang tidak suka dengan adanya perbedaan perilaku tersebut, menurutnya semua orang harus setara, tidak ada yang menganggap kalau kelompok ini harus diperlakukan begitu, kelompok ini harus begini karena menurutnya itu tidak adil. N-ou bahkan rela bertarung dengan 12 Pengendali Flamingo demi membela seorang rakyat biasa yang kebetulan itu temannya bernama S-Ket. Sama seperti novel Tere Liye lainnya, penulis selalu menyelipkan pelajaran kehidupan penting dalam buku.

Salah satunya adalah seorang anak muda yang dengan berani melawan kesewenang-wenangan, memegang teguh prinsip kehidupan. Seorang anak muda yang terus berbuat baik kepada orang lain dan selalu menjaga nilai-nilai kemanusiaan tetap hidup. Ada bagian yang menurutku lucu yaitu ketika ketiga orang tersebut sedang melewati hutan lengang, tidak ada apa-apa di sana termasuk hewan buas. Ketika mendarat di hutan tersebut, mereka ditangkap dan digantung oleh sulur-sulur tumbuhan. Bagian lucunya ketika N-ou mengerti perbincangan tumbuhan tersebut dengan kawan-kawannya yang menjadikannya bahan taruhan. 

Bagian ini juga menyelipkan pelajaran penting tentang sifat manusia yang suka membakar dan menebangi hutan sembarangan. Tumbuhan yang bisa berbicara tersebut tentu saja merasa kesal dengan ulah manusia yang tidak ada habisnya merusak alam, mungkin jika tumbuhan di sekitar kita bisa bicara, mereka juga akan mengatakan hal yang sama. Tetapi yang paling unik adalah ternyata tumbuhan tersebut tidak suka suara berisik, itulah yang membuat tiga orang tersebut berhasil kabur. Hal lain yang aku suka dari novel ini adalah bagaimana penulis mampu menjelaskan secara detail mengenai sebuah tempat yang indah, aku jadi ikut membayangkan walaupun susah sebenarnya untuk membayangkannya hehehe.....

Bagian yang menegangkan adalah ketika Si Putih nyaris tewas setelah pertarungan melawan ular raksasa milik seorang panglima. Aku dapat merasakan kesedihan N-ou yang hampir kehilangan Si Putih, kucing kesayangannya yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun. N-ou sendiri memiliki kekuatan unik selain bisa bicara dengan tumbuhan, dirinya juga bisa mengerti bahasa hewan, dapat melakukan bonding dengan kucingnya dan memiliki kemampuan bertarung. Oke segitu dulu review dariku, selanjutnya aku akan mengulas buku kesebelas yang berjudul Lumpu, tapi tunggu aku selesai membacanya ya hehehe.....


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url