Ulasan Novel Guru Aini

 

Judul                     : Guru Aini

Penulis                 : Andrea Hirata

Halaman              : 306 halaman

Penerbit              : Bentang Pustaka

                Halo kembali lagi di blogitawelasti kali ini aku akan mengulas sebuah novel karya salah satu penulis favoriteku yaitu Andrea Hirata. Novel ini aku beli dari 3  bulan yang lalu di Gramedia Jember dengan harga Rp99.000. Alasan kenapa aku membeli novel ini adalah karena ingin mengoleksi buku-buku Andrea Hirata hehehe.....Seperti buku-buku Andrea lainnya yang bagian belakangnya bukan berupa blurb melainkan berupa cerita penghargaan-penghargaan yang pernah diraih oleh sang penulis.

                Jadi ternyata Guru Aini ini sama seperti Laskar Pelangi yang merupakan trilogi tetapi aku membaca buku ini belakangan padahal Guru Aini adalah buku pertamanya. Ketika membaca buku ini aku menjadi flashback ke novel Orang-Orang Biasa, asal muasal mengapa ada guru bernama Bu Desi Mal dan Aini yang merupakan anak Dinah yang memang anak cerdas matematika.

                Bagian sampulnya tampak sederhana dengan warna kuning kehijauan dan gambar sepatu saja. Ternyata sepatu itu memiliki makna dan sesuai dengan isinya. Jadi novel ini dimulai dengan Desi Istiqomah yang merupakan siswi cerdas yang ingin menjadi guru matematika. Desi Istiqomah merupakan anak yang gigih dan berpendirian kuat, orangtua dan gurunya ingin mengirim gadis cantik dan pintar itu ke kota agar bisa berkembang di sana tetapi Desi tetap memilih untuk masuk ke sekolah matematika dan mengambil program D3 matematika.

                Desi juga sudah ditakut-takuti oleh orangtuanya bahwa nantinya dia akan dikirim ke pelosok untuk mengajar matematika dan ia siap melakukannya. Ketika hari kelulusannya, Rektor tempatnya menimba ilmu mengumumkan kalau dirinya adalah lulusan terbaik dan mendapatkan keistimewaan untuk memilih di mana dia hendak mengabdi. Tetapi Desi tidak menggunakan kesempatan emas itu, ia memilih untuk tetap mengikuti teman-temannya yang lain yaitu mengambil kertas berisikan lokasi tempat mengajar.

                Desi sebenarnya mendapatkan kertas bertuliskan Bagansiapiapi, sebuah pelabuhan yang makmur, indah, maju dan agamis tempat yang cocok untuk calon guru cerdas seperti Desi. Akan tetapi akhirnya ia memilih untuk menukarkan kertas undian itu kepada Salamah teman sekelasnya yang mendapatkan daerah pelosok bahkan petugas administrasi pun tidak tahu jelas apa nama daerah tersebut.

                Di sinilah semua petualangan guru Desi dimulai sampai ia diberi julukan Bu Desi Mal. Perjalanan penuh perjuangan dilaluinya untuk pergi ke Ketumbi. Ketumbi merupakan salah satu kecamatan di Pulau Tanjong Hampar yang paling selatan. Setibanya di Ketumbi setelah melakukan perjalanan berhari-hari yang membuat penampilannya tampak lusuh, akhirnya Desi tiba di sana dan langsung ada yang menyapanya “Bu Guru” di situlah ia merasa senang.

                Seperti namanya, novel Guru Aini ini tidak hanya bercerita tentang Bu Desi Mal melainkan seorang anak bernama Aini yang tidak pandai matematika sejak kecil, dirinya selalu mendapatkan nilai 1 dan 0 dalam matematika dan selalu berdiri di depan bersama dua sahabatnya yaitu Enun dan Sa’diah ketika pelajaran matematika karena tidak bisa menjawab soal dari guru. Hal itu terus berlanjut sampai dirinya kemudian masuk SMA dan berharap bahwa mereka bertiga tidak masuk kelas Bu Desi Mal.

Bu Desi sendiri merupakan seorang guru berwatak keras, suka mendamprat anak didiknya yang tidak pandai matematika dan selalu memuji anak didiknya yang cerdas matematika. Oleh karena itu Bu Desi adalah guru yang ditakuti oleh semua murid dan disegani oleh masyarakat Ketumbi. Guru Desi sendiri selalu tampil eksentrik dengan sepatu olahraga putih bergaris merahnya yang dipakainya sejak hari pertamanya pergi ke Ketumbi.

Ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan mengganti sepatu itu sampai ia menemukan murid cerdas di kampung kecil yang nantinya bisa menjadi guru juga buat anak-anak yang lain. Bersama novel ini kamu akan diajak mengetahui bagaimana usaha keras Aini agar bisa matematika, Aini yang ingin menjadi seorang dokter karena ia ingin menyembuhkan ayahnya yang sakit membuatnya tidak menyerah belajar matematika bersama Bu Desi.

Ia melakukan apa saja untuk bisa pindah kelas dari kelas Pak Tabah ke kelas Bu Desi. Ia rela menghafal soal ujian matematika tahun lalu agar ia bisa bertahan di kelas Bu Desi dan mendapatkan nilai di atas 1 setidaknya 2 dan tentu saja Bu Desi menghargai perjuangannya itu. Mulai dari situ Aini gencar bertanya seperti tidak ada hari esok ke Bu Desi, setiap hari pergi ke rumah Bu Desi bukan untuk belajar tetapi untuk dimarahi karena guru Desi juga hampir menyerah.

Lewat novel ini kita juga akan tahu bagaimana perjuangan Guru Desi bisa menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan Aini matematika yakni lewat kalkulus. Andrea Hirata juga mencoba untuk mengajak pembaca memahami bahwa sebenarnya matematika itu indah dan tidak menyeramkan hanya saja pelajaran ini memang paling ditakuti oleh anak murid.

Padahal jika seseorang itu ahli matematika maka akan menjadi ahli dalam pelajaran lainnya seperti yang dialami Aini. Novel ini memberikanku banyak pelajaran mengenai arti mimpi dan berusaha untuk terus yakin akan pendiriannya. Bagaimana seorang Aini ingin menjadi dokter hingga ia mati-matian belajar matematika dan mendapatkan nilai sempurna ketika ujian akhir. Buku ini juga membuka salah satu kenyataan bahwa ada anak cerdas yang lahir di daerah kecil sehingga ia tidak bisa membiayai pendidikannya. Salah satu kutipan yang paling aku suka dari novel Guru Aini adalah,

“Ibu adalah guruku, guru Aini dan aku ingin menggapai sesuatu yang tidak mungkin.”


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url