[Mengulas Buku] Ulasan Buku Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah


 Penulis: Geulbaewoo

Penerbit (asal): Ganghanbyeol Publishing Co KL management Seoul Korea

Penerbit (penerjemah): Penerbit Haru

Nama penerjemah: Dewi Ayu Ambar Rani

Tebal: 250 halaman

Harga: Rp 99.000

Halo semuanya sekarang aku mau mereview salah satu buku self improvement yang menurut aku sangat relate banget. Khususnya bagi orang yang menuju dewasa awal dan sedang mengalami quarter life crisis. Sebenarnya ekspektasiku dari baca judulnya aja udah ketebak sih bakal bahas apaan, makanya aku beli (wkwk). Sebenarnya aku udah dari lama pengen beli buku ini, dari seorang temen yang mereview buku ini dan isinya yang membuatku penasaran banget. Tapi baru kesampaian beli itu Desember 2021 karena uangnya baru ada (wkwk).

Jadi ekspektasiku mengenai buku ini adalah ketika aku membaca buku ini maka aku bisa menjadi lebih baik kepada diri sendiri. Lebih sayang dengan diri sendiri, lebih tahu apa sih yang dibutuhin sama diri sendiri. Oke jadi di buku Aku Bukannya Menyerah Hanya Sedang Lelah terbagi menjadi 3 bab. Setiap babnya ada penjelasan tentang macam-macam hal terkait kehidupan. Sebenarnya dari baca sub judul di daftar isinya sih udah tahu mau bahas apaan. Penulis di dalam bukunya ini menceritakan tentang kehidupan pribadinya sebelum memutuskan untuk menjadi penulis.

Jadi Geulbaewoo dulunya bukanlah siapa-siapa, dia juga sama seperti manusia lain yang juga pernah mengalami quarter life crisis. Mulanya ia dulu bergelut di bidang bisnis pakaian dan memiliki hutang sebanyak 30 juta won, saat itu usianya 25 tahun. Dengan keberaniannya, penulis pergi ke Seoul dengan uang seadanya sekitar 340.000 won (kalau dirupiahin sekitar 4 jutaan sedangkan hutangnya saat itu sebesar 300 jutaan, angka yang fantastis bukan?).

Di sini pembaca diajak untuk mulai menyelami bagaimana kisah penulis yang “nekat” ke Seoul untuk mendapatkan pekerjaan dengan harapan bisa membayar semua hutang-hutangnya. Pertama penulis berniat untuk menjual kue beras, setiap harinya tetapi tidak laku. Akhirnya penulis sempat mengalami depresi, menangis setiap hari dan merasa jijik terhadap dirinya sendiri, penulis juga kerap kali membandingkan dirinya dengan orang yang mempunyai kehidupan lebih baik.

Cerita berlanjut saat penulis bangkit kembali, merasa tidak seharusnya ia hidup seperti itu. Setiap harinya ia datang ke sebuah gedung yang tinggi, menyemangati orang yang datang dan mengucapkan terimakasih saat karyawan pulang, ia tidak berharap orang-orang tersebut membeli kue berasnya. Sampai suatu ketika seorang presdir datang menemuinya dan mengatakan bahwa ia terkesan dengan apa yang dilakukan penulis selama ini. Ini yang dikatakan oleh presdir itu dan tentu aja, sebagai pembaca aku terkesan, “anak-anak muda zaman sekarang tidak tahu arti kata ‘keren’ yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu bahwa keren adalah memakai sepatu dan jas yang bagus lalu naik mobil mewah. Di antara anak muda yang pernah kutemui, kaulah yang paling keren.”

Sebagai pembaca aku merasa tersentuh, jujur saja aku langsung sadar bahwa sebenarnya definisi keren itu luas. Untuk orang yang sedang berjuang dalam mengarungi kehidupan, siapapun itu, kita semua adalah orang yang keren. Jadi buku ini nggak sepenuhnya menceritakan tentang kisah hidup penulis, penulis juga kerap membagikan kata-kata motivasi sebagai reminder di beberapa halaman. Selain itu yang dibahas ada juga soal percintaan, lebih ke bagaimana kita sadar bahwa jika cinta itu tidak berpihak pada kita, bukan kitalah yang gagal. Bahwa orang yang gagal dalam hubungan percintaan bukan karena dirinya payah, melainkan setiap dari kita memiliki pesonanya masing-masing.

Penulis juga kerap membahas beberapa hal lain seperti di bab “alasan mengapa cemas”. Pada bagian tersebut penulis memaparkan lima alasan penyebab cemas, namun aku tidak akan membahas secara detail, karena lebih baik untuk membaca bukunya langsung ya hehe.... Pertama adalah karena kita selalu ingin melakukan semuanya dengan baik. Kedua karena kita harus berusaha keras tetapi tidak tahu apa yang harus diusahakan dengan keras. Ketiga adalah karena kita selalu merendahkan diri sendiri, keempat karena kita tidak pernah mengakui perasaan kita sendiri dan kelima adalah karena lebih banyak melakukan hal-hal yang tidak disukai.

Oiya di tengah-tengah bukunya ada sebuah gambar yang sebenarnya aku juga tidak mengetahui apa artinya. Mungkin hanya dijadikan sebagai pembatas bab saja. Lalu sebagai penutup aku mau mengutip quotes yang menurutku bagus banget untuk kita semua,

“Dirimu jauh lebih kuat dari yang kau pikirkan.”

“Dalam keadaan sesulit apapun kau tidak menyerah dan masih bertahan.”

“Jika terus bertahan, tanpa sadar semuanya akan berlalu.”



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url